Rabu, 10 Agustus 2011

MY LOVE IN MY LIFE (part: 1)


MY LOVE in MY LIFE (Part: 1)
Hari mulai gelap, mataharipun sudah enggan menampakkan dirinya, mengalah kepada mega yang sudah bersiap menampakkan keindahan sinar merahnya. irama khas jangkrik dan katak bernyanyi sudah mulai terdengar bersahutan meramaikan suasana, udara dinginpun mulai merasuk, inilah suasana khas desa kecil nan indah  ini.
Semakin malam udara semakin dingin, lewat tengah malam terdengar rintihan seorang ibu, dan beberapa jam kemudian, terdengarlah suara tangisan bayi mungil, tak heran jika dini hari ini seisi rumah bahagia menyambut kedatangan putri ketiga yang hadir di tengah-tengah keluarga ini.
Namun sayang, keceriaan bayi mungil ini tak bertahan lama, di tahun keduanya penyakit sesak napas yang menyerangnya, membuat ia dihujani tangisan oleh orang-orang di sekitarnya, orang tuanya pun rela keliling ke luar kota hanya untuk mengusahakan kesembuhannya.
Alhamdulillah sudah lama penyakit itu tak lagi kambuh, atas saran dari beberapa pihak, orang tuanya pun memutuskan mengganti namanya, ya Kirana Maya Saputri, itulah nama gadis cantik itu sekarang. Ia lalui masa kecilnya dengan penuh keceriaan, kasih sayang dari orang tua dan kedua kakaknya membuat ia selalu dalam tawa, meski tak jarang juga ia menangis, biasalah anak kecil.
Dialah aku, orang-orang biasa memanggilku Putri, anugerah terindah dari Yang Maha Kuasalah yang membuatku masih diberi kesempatan untuk menghirup udara sampai detik ini.
***
Masa kecilku begitu menyenangkan, tak terasa ku sudah bisa memakai seragam putih merah di usiaku yang kelima, awalnya hanya iseng ikut kakakku yang hanya selisih 15 bulan ini untuk tes masuk Sekolah Dasar, hanya tes membaca dan menulis, ku mulai mengeja huruf-huruf yang terlampir di koran yang ada di hadapanku itu, tak ku sangka aku lulus tes juga, semua ini tentunya tak luput dari peranan kedua orang tua dan kakak sulungku yang selalu mengajari kita baca, tulis, dan berhitung sejak dini. Kalau ditanya TK dimana? Kita berdua tak pernah mengenyam dan merasakan asyiknya menyanyi di bangku TK, hanya kakak sulungku yang pernah merasakannya, yach..selain tempatnya lumayan jauh, beredar kabar kalau gurunya galak (hi serem.....).
***
Ditahun keduaku di Sekolah Dasar, keluargaku dirundung kesedihan, aku tak tau apa yang terjadi, karena mungkin aku dianggap terlalu kecil untuk mengetahuinya, hari ini rumah penuh dengan kerumunan orang, derai tangis orang-orang itu pecah mengiringi suara sirine mobil putih yang semakin mendekat, dan saat aku melihat kakak sulungku terbaring disana, bulir-bulir air mata ini mulai mengalir, aku mulai mengerti apa yang terjadi, aku telah kehilangan kakakku untuk selamanya, Bunda menuntunku dan kak fia untuk mengecup keningnya untuk terakhir kali. Kasih sayangnya takkan pernah ku lupakan, ku takkan berhenti berdo’a semoga kakak bahagia di alam sana.
***
Tak terasa sudah empat tahun aku duduk di bangku eS-De, kalau ditanya soal prestasi? Yang jelas selalu lima besar, meski tak pernah menjadi yang Pertama, karena dari awal kakakku yang menempati posisi tersebut.
Berteman, bermusuhan adalah suatu hal yang wajar bagi anak seusia kami, tak lain juga dengan aku, gank yang terdiri dari 3 anak, Dhika, Ubay dan Agus itu menjadi musuh bebuyutanku sejak mereka membuatku menangis karena pasir yang mereka lemparkan tepat didepan wajahku, walau ada salah satu dari gank itu yang digosipkan denganku hanya karena kebetulan duduk kita sebangku, ku tak peduli, dimataku mereka adalah anak-anak usil yang menjengkelkan.
Namun seiring berjalannya waktu, status musuhan kita berubah menjadi persahabatan, dan aku paling akrab dengan Dhika, sang ketua gank.
***
Tahun ini adalah tahun terakhir kami duduk di bangku Sekolah Dasar, “teng...teng...teng...” tanda masuk, kamipun berlarian menuju depan kelas masing-masing, berbaris rapi dan mulai memasuki ruang kelas untuk memulai pelajaran. Tak lama kemudian Pak Rudi, wali kelas kami mulai memasuki ruangan “memberi salam..” komando sang ketua kelas “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh” suara kami serentak. “Wa’alaikum salam..” sahut Pak Rudi “Anak-anak sebelum kita memulai pelajaran, ada yang ingin bapak sampaikan, hari ini kita kedatangan teman baru” Pak Rudipun mempersilahkan anak baru itu masuk “Adi silahkah perkenalkan dirimu” perintah pak Rudi.
“Perkenalkan nama saya Adi Saputra, teman-teman bisa panggil saya Adi, saya berasal dari Jayapura” anak baru itu mulai memperkenalkan dirinya
“Ada yang mau ditanyakan?” tanya Pak Rudi
“Tidak pak...” jawab kami serentak
“Ya sudah, kalau begitu, Adi silahkan menempati tempat duduk kamu” Pak Rudipun menunjuk ke salah satu bangku kosong di deret paling belakang.
“Bapak harap kalian bisa membantunya untuk menyesuaikan diri” lanjut beliau. Kitapun memulai pelajaran hari ini.
Ni anak baru blagu banget dimataku, tiada hari tanpa bertengkar dengannya, musuh banget pokoknya,,, meski dalam hal pelajaran dia cukup bisa mengikuti.
***
*16 Mei 2002*
Hari ini pertama kalinya ulang tahunku dirayain, kemarin ada pendataan peserta UAN, makanya ketauan dech kalau hari ini adalah hari jadiku yang kesebelas, dan mereka sepakat merayakannya untukku, (jadi terharu....) ku ngrasa geli sendiri dech,,, liat temen-temen sibuk nyiapin kado buatku, padahal aku hanya membawakan mereka kue donat buatan bunda.
Setelah senam pagi, kita semua berkumpul di ruang kelas tercinta, acara diawali dengan make a wish, pembagian kue, dan permainan, masing-masing dari kami mengambil undian yang sudah disediakan, dan harus memeragakan apa yang tertulis dalam kartu undian. Kini tiba giliranku, perlahan ku buka kartu undian itu dan “oh,, no,, dansa bareng Dhika,,,” seisi ruangan langsung heboh, pipiku langsung memerah, secara githu sebagian temanku sudah tau kalau aku punya perasaan khusus pada mantan musuh bebuyutanku ini, bahkan waktu itu ku sempat tak percaya dengan istilah ‘cinta monyet’. Untung aja mereka bisa ngerti aku kali ini, so..gak jadi dansa dech.. Oya hari ini bukan hanya aku yang ulang tahun, tapi Ubay juga, jadilah pindah topik mereka habis-habisan ‘gojlokin’ aku dengannya, capek dech...
Acara hari ini diakhiri dengan do’a oleh wali kelas kami tercinta, kamipun berhamburan untuk go home ke rumah masing-masing, akupun pulang dengan menjinjing kardus berisi kado-kado dari teman-teman tercintaku ini. I am so Happy...
Lumayan banyak kado yang ku dapat hari ini, aku dapat sepatu baru dari ortuku, dan kado terbanyak ternyata dari Adi, musuh bebuyutanku, berbagai macam aksesoris terbungkus rapi dalam kardus persegi panjang, dan bersamaan dengan ucapan met ultah, juga ada permintaan maaf setulus hati darinya, so... mulai hari ini ku putuskan untuk menerima permintaan maafnya, kita sepakat untuk damai, sebentar lagi sudah lulusan, masak musuhan terus, hehe... Dhika, kadonya emang tak seberapa, tapi bagiku adalah kado paling istimewa, ya iyalah dari orang yang istimewa (ceile... yang lagi Fall in Love).
***
Hari-hari menegangkan telah kita lalui bersama, UAN sudah berakhir, dan kini tiba saatnya refreshing, kota apel menjadi tempat tujuan kita kali ini, setelah menunggu ± 30 menit, bis yang akan mengantarkan kitapun sampai di depan sekolah, dan cayo.... kita mulai perjalanan panjang hari ini.
Sejak perayaan ultahku kemarin, ‘gojlokan’ku ganti, selama perjalanan, aku dan Dhika yang jadi objek untuk dihabisin, hmmm... malu-maluin aja, kan banyak guru-guru yang ikut.
            3 jam perjalanan, akhirnya kita sampai di tempat tujuan, 2 objek wisata dan salah satu pusat perbelanjaan di kota yang berhawa dingin ini menjadi sasaran kita untuk membunuh waktu, mengukir kenangan seindah mungkin, menikmati indahnya kebersamaan yang terabadikan lewat jepretan kamera, meski masih terselip kegelisahan dalam hatiku, karena pengumuman kelulusan yang belum ku tau, “Ya Allah,,, semoga kebahagiaan ini tak berakhir sampai disini. Amin.”
            Waktu seakan tak berkompromi dengan kita, matahari seakan terburu-buru untuk bersembunyi di tempat persemayamannya, memaksa kita untuk mengakhiri kebersamaan ini, semua berbondong-bondong menuju bis yang siap mengantar kita pulang dengan buah tangan masing-masing, aku dan Dhika malah saling bertukar buah tangan, dan kali ini ku benar-benar merasakan kebersamaan kami yang begitu kental, persahabatan kami yang begitu erat, bagiku saat ini rasa yang aku punya sudah cukup terealita dengan satu kata “Persahabatan” yang ku harap takkan pernah terbunuh oleh berjalannya waktu.
            Sekitar jam 9 malam, kita sampai di gerbang sekolah tercinta, dan akhirnya berpencar ke rumah masing-masing. Hari ini begitu indah, Thank’s God.
***
            Hari yang mendebarkan, detik-detik pengumuman kelulusanpun tiba, salah satu teman kelasku malah ada yang sudah siap dengan silet ditangannya, karena dikabarkan kelulusannya tertunda, mati-matian kami mencegahnya, untung aja berhasil, tangis kamipun tumpah menjadi satu di depan kelas tercinta.
            Wali kelas kami memang super kreatif, berjam-jam kami menunggu di luar kelas, ternyata di dalam sudah disiapkan gambar pemandangan yang indah memenuhi papan tulis, yang didalamnya diselipkan nomor absen para siswa yang lulus, satu demi satu dari kami ditunjuk maju untuk menemukan nomor itu, penasaran, jantung berdebar, dengan jeli mataku mencari ke berbagai sudut,18, itulah angka yang aku cari, dan tak lama kemudian, puji syukurku pada-Mu ya Allah, angka itu akhirnya ku temukan disela-sela jajaran pepohonan, akupun langsung mengambil kapur tulis untuk melingkarinya.
            Setelah semuanya terpanggil, air mata kebahagiaanpun tak dapat terbendung lagi, kami lulus 100%, Thank’s God, hmmm... syukurlah temanku tadi gak jadi bunuh diri.
***
            Selang satu minggu dari pengumuman kelulusan, tibalah saat dimana kita bebas berkreasi, farewell party, pelaksanaan di siang hari dan indoor, sama sekali tak mengurangi kemeriahannya, kami semua begitu menikmati saat-saat terakhir kebersamaan kita. Lantunan lagu “Terima Kasihku” dan “Kapan-kapan” kami nyanyikan serentak diatas pentas sederhana ini sebagai kenangan terakhir sebelum meninggalkan sekolah yang kami banggakan ini, meski tahun ini hanya tercatat 11 kaum hawa dan 14 kaum adam sebagai personilnya. Derai tangis kami kembali pecah saat perwakilan dari kami menyampaikan pesan kesan selama berada disekolah ini.
            Setelah beberapa sambutan dan acara inti, tibalah saatnya menampilkan kreasi kita, ada samroh, yang kebetulah aku ikut di dalamnya, ada pembacaan puisi, dan terakhir adalah drama. Seisi ruangan gempar, aku yang waktu itu berada di ruangan lain untuk ganti kostum, langsung secepat kilat menuju ruangan yang sudah dipenuhi gemuruh tepuk tangan dari para penghuninya, ternyata ‘gank lawak’ yang terdiri dari Dhika, Ubay, dan Agus itu mulai beraksi, drama musikal dengan lagu “mbah Dukun” nya ‘Alam’ sebagai temanya, cukup dua kata untuk mereka ‘Keren Abiiizzz’, ku rasa acungan dua jempolku masih kurang untuk simbol kepiawaian mereka menguasai panggung. Acara inipun akhirnya berakhir dengan dibacakannya do’a oleh salah satu tokoh masyarakat disini.
***
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar